Kartago (/ ˈkɑːrθɪdʒ /; dari bahasa Latin: Carthago; Arab: قرطاج; Qart-ḥadašt, dalam bahasa Fenisia “Qart Hadasht” bahasa Inggris: Carthage; artinya “Kota Baru”), adalah pusat atau ibu kota peradaban Kartago kuno di Afrika Utara, yakni di sisi timur Danau Tunis, sekarang dekat kota Tunis di Tunisia. Istilah Kartago juga digunakan untuk kawasan pengaruh dari peradaban Kartago pada masa lampau. Menurut legenda, kota ini didirikan oleh Fenisia di bawah kepimpinan Ratu Dido. Kota ini kemudian menjadi kaya dan besar serta memiliki pengaruh yang kuat di Laut Tengah sampai dengan kehancurannya di Perang Punisia III. Meski demikian, Roma kemudian mendirikan kembali kota ini dan menjadikannya sebagai salah satu kota terpenting di Kerajaan Romawi sebelum kemudian kembali hancur untuk kedua kalinya.

Kartago didirikan sekitar abad ke 9 SM, masyarakat penyokong peradabannya adalah bangsa Fenisia yang menyebar dari daerah pesisir Asia Kecil (sekarang Libanon), menyusuri pantai Afrika utara hingga ke Pulau Malta, Sisilia dan Sardinia. Kartago kemudian menjadi basis untuk mendirikan Kerajaan Kartago yang menguasai daerah Mediterania. Keberadaan Kartago menjadi ancaman bagi Republik Romawi di utara, tepatnya Italia, sehingga muncullah 3 seri Perang Punisia. Panglima bangsa Venisia antara lain Hanno Agung, Hamilcar Barca, dan Hannibal.

Kota kuno dihancurkan oleh Republik Romawi dalam Perang Punis Ketiga pada 146 SM kemudian dibangun kembali sebagai Roman Carthage, yang menjadi kota utama Kekaisaran Romawi di provinsi Afrika. Kota Romawi kembali di taklukan oleh Hasan ibn al-Nu’man pada tahun 698. Setelah ditaklukkan tempat ini menjadi tidak berpenghuni, kekuatan regional bergeser ke Madinah Tunis pada periode abad pertengahan, hingga awal abad ke-20, ketika kota itu mulai berkembang menjadi daerah pinggiran pantai. Yang kemudian dimasukkan sebagai kotapraja Carthage pada tahun 1919.

Situs arkeologi pertama kali disurvei pada tahun 1830, oleh konsul Denmark Christian Tuxen Falbe. Penggalian dilakukan pada paruh kedua abad ke-19 oleh Charles Ernest Beulé dan oleh Alfred Louis Delattre. The Carthage National Museum didirikan pada tahun 1875 oleh Kardinal Charles Lavigerie. Penggalian yang dilakukan oleh arkeolog Perancis pada tahun 1920 menarik perhatian yang luar biasa karena bukti yang mereka hasilkan untuk pengorbanan anak, dalam tradisi Yunani-Romawi dan Alkitab yang terkait dengan dewa Kanaan Baal Hammon. Museum Carthage Paleo-Christian terbuka memiliki pameran digali di bawah naungan UNESCO dari 1975 hingga 1984.
———————————————————

Carthage adalah tempat kerajaan perdagangan yang kuat dan menyaingi Roma dalam hingga abad ke-2 SM. Didirikan oleh Fenisia pada abad ke-9, dan kemudian menjadi kota utama setelah jatuhnya Tyre pada abad ke-6. Saat ini hanya reruntuhan Romawi yang tersisa, di Tunisia, reruntuhan Carthage dilindungi oleh UNESCO.

Scroll to top